Aku Sudah Gak Perawan

Saat ini pendapat umum yang terjadi di masyarakat adalah, bahwa perempuan yang tidak bisa menjaga keperawanannya adalah perempuan murahan, perempuan gampangan, dan perempuan yang tidak bisa menjaga kehormatan dirinya.

Perempuan yang kehilangan keperawanan, yang berani mengatakannya secara terus terang, seringkali menjadi bahan cemoohan, bahan ejekan, dan bahan gunjingan dari orang-orang yang “merasa” dirinya lebih baik. Saya katakan “merasa”, karena sebenarnya orang-orang itu hanya “merasa”, sedangkan dalam pandangan orang lain, belum tentu juga mereka baik.

Masyarakat kita, memang masyarakat yang masih sangat mudah terprovokasi. Kalau ada seseorang yang bergunjing soal anak perempuan si ini sudah tidak perawan, maka dengan suka cita pendengar berita berikutnya akan menyampaikan berita itu lagi kepada pihak lain yang kebetulan diajaknya ngobrol. Begitulah seterusnya.

Sebenarnya, ketika seorang perempuan melakukan hubungan seks yang pertama kali, maka selaput keperawanannya pun akan sobek. Itu yang dinamakan kehilangan keperawanan. Padahal, dasarnya kan sama saja, melakukan hubungan seks. Hanya bedanya, kalau hubungan seks yang dilakukan pertama kali akan mengakibatkan robeknya selaput tipis yang ada di vagina itu. Titik.

Sampai di situ, masih saja banyak perdebatan mengenai betapa pentingnya selaput dara bagi seorang perempuan. Hanya untuk membuktikan kalau perempuan ini belum pernah berhubungan seks dengan laki-laki manapun !

Contoh Kasus :

Hari ini Santi bertengkar lagi dengan kekasihnya. Sebenarnya Santi sudah tidak tahan lagi untuk terus bersama dengan laki-laki itu dan keegoisannya. Santi ingin secepatnya berlari meninggalkan laki-laki itu dan kalau bisa tidak usah bertemu dengannya lagi. Tapi ada kekhawatiran dalam diri Santi. Santi telah menyerahkan keperawanannya kepada kekasihnya.

perhatikan Kalimat di atas kok nggak enak ya dibacanya? Coba kita ulangi lagi.

Santi telah menyerahkan keperawanannya kepada kekasihnya.

Menyerahkan? Apa sih maksudnya? Kenapa juga harus diserahkan? Apa yang membuat Santi merasa “telah menyerahkan”? Bukankah hubungan seks terjadi karena kedua belah pihak memang menginginkannya? Lalu, kenapa ada kata “menyerahkan”? Kalau ada kata “menyerahkan”, berarti hubungan seks itu dilakukan dengan terpaksa?

Itu sebabnya, dalam kasus Santi, ada semacam kekhawatiran bahwa tidak akan ada laki-laki lagi yang mau menerimanya hanya karena Santi sudah tidak perawan.

Santi bingung. Kalau dia meneruskan hubungannya dengan kekasihnya, batinnya akan terus tersiksa. Padahal dia sudah tidak ingin bersama laki-laki itu.

Sebenarnya Santi tidak perlu bingung. Santi hanya perlu merubah sedikit cara pandang dan cara berpikirnya.

Pertama, Santi harus yakin bahwa tanpa keperawanan, dia akan tetap menemukan laki-laki yang lebih baik baginya. Hubungan seks yang pertama kali dilakukan dengan kekasihnya sekarang tidak perlu disesali. Laki-laki itu hanya kebetulan menjadi yang pertama, selebihnya hubungan seks tidak lagi dilihat dari adanya selaput atau tidak.

Kedua, Santi harus melihat bahwa hubungan seks yang dilakukan dengan kekasihnya adalah hubungan yang didasari suka sama suka. Jadi, tidak pada tempatnya kalau kemudian Santi tidak dapat memutuskan hubungan hanya karena Santi berfikir bahwa laki-laki ini yang harus mengawininya. Hubungan yang dilandasi suka sama suka tanpa komitmen memang menimbulkan resiko seperti ini. Akan tetapi tentu saja hal seperti itu tidak harus membuat Santi menjadi teraniaya berada dalam suatu hubungan yang sudah tidak nyaman.

Ketiga, Santi tidak usah peduli atau merasa tersinggung kalau mendengar orang membicarakan soal kehilangan keperawanan. Biarkan saja. Setiap orang memang punya cara pandang dan pikir masing-masing.

Bagi perempuan yang kebetulan sudah pernah melakukan hubungan seks sebelum menikah, tidak perlu khawatir bahwa tidak akan ada lagi laki-laki yang akan menghargai anda. Kualitas anda tidak bisa diukur hanya dari selaput dara, karena anda adalah sosok manusia yang utuh dengan kemampuan berfikir dan berkepribadian sesuai dengan hati nurani dan jiwa anda! Dan jika anda bertemu dengan laki-laki yang meremehkan anda hanya karena dia selalu mengedepankan pentingnya selaput dara, well, for sure, dia bukan laki-laki yang tepat buat anda !




Previous
Next Post »
0 Komentar